Rabu, 20 Februari 2013

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA


Sebagaimana kepribadian, ada dua faktor penting yang berpengaruh terhadap karakter, yakni faktor endogenus (faktor hereditas) dan faktor eksogenus (pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan). Namun, para ahli memandang bahwa faktor pendidikan dalam pengertian umum, baik pendidikan dalam keluarga, masyarakat maupun sekolah, memberi sumbangan/ kontribusi yang cukup signifikan terhadap pembentukan karakter. 


Hal ini berarti niliai-nilai luhur yang diperkenalkan dan dicontohkan melalui kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat serta melalui pendidikan di sekolah dapat mewarnai karakter seseorang, yang pada gilirannya dapat juga mewarnai karakter masyarakat atau bahkan karakter bangsa. Sedangkan nilai-nilai luhur bangsa ini dapat bersumber dari jaran-ajaran agama serta kearifan lokal dan nasional.

Nilai-nilai luhur seperti gotong-royong, tolong-menolong, bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat, malu bila melakukan perbuatan asusila dan kesalahan, tidak mau mengambil sesuatu yang bukan haknya, menghargai orang tua dan guru serta orang yang lebih tua, sopan dalam bertutur kata, santun dalam bertindak, dan semacamnya perlu digali kembali.

Dalam dunia pendidikan, misalnya, ada fenomena ketidakjujuran dalam mengerjakan ujian nasional. Di kalangan anak-anak muda, banyak di antara mereka yang kurang menghargai orang tua ataupun guru. Ada pula berita-berita tentang keterlibatan pemuda dan pelajar pada perbuatan-perbuatan melanggar hukum serta lunturnya rasa malu melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan agama.

Kekerasan dan tawuran antarpelajar, bahkan antarmahasiswa ataupun antarkelompok masyarakat, juga tak jarang kita jumpai beritanya. Begitu juga berita-berita tentang berbagai kasus korupsi yang menyeret pejabat, anggota parlemen maupun politisi, serta berbagai fenomena lain yang cukup memprihatinkan sangat sering kita jumpai beritanya di berbagai media massa. Berbagai fenomena ini dapat menjadi indikator bahwa perilaku sebagian anggota masyarakat cenderung menjauh dari nilai-nilai luhur bangsa.

Biasanya individu yang menunjukkan gejala perilaku seperti penyimpangan perilaku (deviated behavior). adalah mereka yang menghadapi masalah penyesuaian diri terhadap situasi ketegangan mental atau emosional (stress) yang dialaminya. Ketegangan itu bisa dipicu oleh berbagai frustasi atau konflik. Jadi, ada kemungkinan fenomena seperti itu sebagai mekanisme pertahanan diri karena yang besangkutan berada pada situasi ketegangan yang dipicu oleh frustasi atau konflik, namun dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan situasi itu. Pada dasarnya kondisi perilaku seperti itu dapat dipandang sebagai gejala rapuhnya kesehatan mental yang secara konseptual dapat perbaiki (dilakukan tindakan kuratif) dan dapat pula dicegah (dilakukan tindakan preventif).

Upaya melakukan tindakan kuratif maupun preventif dapat dialukan melalui pendidikan, baik informal, nonformal maupun formal. Pendidikan informal berlangsung melalui keluarga, pendidikan nonformal melalui masyarakat. Dan pendidikan formal melalui sekolah-madrasah.

0 komentar:

Posting Komentar

semangat...semangat..!!!

mouse

kupu

hoe...hoe...hoeee...

daun

daun

d

eXl1lXc('http://www.googwidgipedia.com/widgets/orido/redspidey-5671-8192_134217728.widget','top','opx','left','opx','123455','250','400','transparent',ffffff');